Revolusi Menulis Ku

thumbnail
Sudah lama saya punya hobi menulis, mungkin sejak saya masih duduk di Mts.
Kalau dulu sih, nulis hal-hal yang menurut saya tidak begitu penting.
Menulisnya pun, tidak hal-hal yang serius.
Yah, paling tentang apa yang ada di pikiran saya aja yang saya tuangkan.

Makin bertambah usia, hobi saya menulis itu tergerus.
Karena sibuk dengan materi kuliah, atau yang lain.
Pada saat masa kuliah, saya jadi tidak produktif menulis lagi.
Kalau ketika Mts atau MA, yah masih sempet lah posting di Blog.
Pas waktu kuliah, Hmm ya bisa dilihat di arsip blog saya, sempat tidak ada postingan bertahun-tahun.
Sempet sih, waktu kuliah ikut pelatihan menulis dar FLP Jakarta..Tapi ya, ndak maksimal.
Karena cuma setengah jalan, dan saya harus pindah dari Jakarta.

Sekarang, saya tobat.
"Saya harus punya porsi menulis"
"Meski sibuk, harus disempetin"
"Isi tulisan harus bermutu."
kata saya pada diri sendiri.

Alhamdulillah, di tengah kesibukan saya di pesantren, di tengah kesibukan skripsi.
Saya sudah menyempatkan untuk menulis, lagi.

Langkah awal sudah dilakukan lah.
Salah satu tulisan saya berhasil tembus di redaksi media onlie, dan dimuat !
Ini adalah tulisan pertama saya yang masuk di media !
Rasanya tuh... ya gitu deh.
Apalagi pas tahu kalau yang baca banyak.
Sampai post ini dibuat, atau setelah 2 pekan lebih tulisan saya dimuat.
Sudah dibaca 10rb kali dan dishare 1855 kali bro !
Amazing..

Mudah-mudahan, dengan itu, saya jadi lebih semangat menulis. :)

 Mau tahu tulisan pertama saya yang dimuat di media itu? klik link bawah ini yah :)
http://panditfootball.com/pandit-sharing/208406/bangkitnya-sepakbola-perempuan-di-bumi-kartini

Cinta Harus Buta

thumbnail


Sungguh benar kata khalayak, Cinta itu buta.
Saat manusia rasakan cinta, semua bisa dilakukan demi sang tercinta.
Cinta butakan pungguk, hingga dia berani rindukan bulan.
Cinta butakan Bandung Bondowoso, hingga dia buat 1000 candi.
Cinta butakan Bilal bin Rabah, hingga dia kuat disiksa.
Cinta butakan Mush’ab bin Umair, hingga dia jatuh miskin.
Atas nama cinta, Ibu taruhkan nyawanya demi kelahiran sang tercinta.
Atas nama cinta, Ayah jatuhkan peluhnya demi kehidupan sang tercinta.

Sungguh benar kata khalayak, Cinta itu buta.

Cinta itu buta dan harus buta.
Cinta harus buta, agar manusia jadi kuat.
Kuat melawan ketidakberdayaan.
Cinta harus buta, agar manusia jadi berani.
Berani melawan ketakutan.
Cinta harus buta, agar manusia jadi pejuang.
Pejuang melawan keputusasaan.
Cinta harus buta, agar manusia jadi yakin.
Yakin melawan keraguan.
Cinta harus buta, agar manusia tak melirik.
Tak melirik kepedihan.

Begitulah resiko mencintai, manusia jadi buta.
Buta akan ketidakberdayaan.
Buta akan ketakutan.
Buta akan keputusasaan.
Buta akan keraguan.
Buta akan kepedihan.
Begitulah resiko mencintai, manusia jadi kuat.
Begitulah resiko mencintai, darah siap tertumpah.
Begitulah resiko mencintai, harta sudi dikeluarkan.
Begitulah resiko mencintai, harga diri rela terinjak.
Begitulah resiko mencintai, nyawa siap melayang.
Apa yang salah? Tak ada.
Karena begitulah resiko mencintai.
Yang salah jika, saat cinta tidak berdasar pada Yang Maha Cinta,
saat cinta kepada Yang Maha Cinta kalah oleh sang tercinta.


.

I Have Loved You for A Thousand Years

thumbnail


          “Kak, lagu yang di film Twilight itu yang nyanyi siapa ya?”
          Tiba-tiba Umi bersuara. Umi, begitu aku memanggil Ibuku, memecah keheningan kita berdua saat melipat pakaian bersama. Malam itu, aku yang kena giliran melipat pakaian. Kalau Umi tak meminta aku, pasti Fahmi, adek ku yang diminta untuk melipat pakaian yang telah dicuci. Sebagai anak tertua, biasanya memang aku yang mengalah bila adekku tidak mau melipat baju. Malam itu, Umi juga ikut membantu.
          “Yang mana, mi? A Thousand Year?” Jawabku memastikan. Aku sudah tahu pasti lagu itu yang Umi maksud. Umi sudah menanyakannya berkali-kali. Mungkin Umi lupa lagi.
          “Iya, yang di film itulah pokoknya.”
          “Oh, itu yang nyanyi Cristina Perry”
          “Owalah, Katy Perry toh.” Benar dugaanku, Umi salah sebut lagi.
          “Bukan Katy Perry, Umi.. Cristina Perry.. Cristina.. bukan Katy. Yang nyanyi Cristina Perry, judulnya A Thousand Years.” Umi sedang kecanduan lagu itu. Soundtrack film itu Umi pertama kali dengar setelah melihat film Twilight. Dimanapun Umi berada, apapun yang Umi kerjakan Umi selalu saja berdeham menyanyikan lagu itu. Tak peduli apakah penghuni rumah terganggu atau tidak, yang penting Umi berdeham saja.
          “Ah, pokoknya itulah. Bisa kan kakak tulis lirik lagu itu? Kakak kan pinter bahasa inggris.” Dalam batin ini berkata “Pintar dari mana, Mi? Kalau ngerjain soal bahasa inggris aku sanggup, tapi kalau mendengarkan lagu berbahasa inggris lalu menulis liriknya aku tak yakin bisa melakukannya.” Yah, demi Umi aku iya kan sajalah. “Hmm Iya deh, mi. Ntar aku tulis.” Aku dapat ide, cari saja di mbah google lalu salin di kertas, selesai masalah. Mungkin setelah aku tulis lirik lagu di kertas, Umi akan menyanyikannya dengan lirik yang benar.

          “Ini, Mi. Lirik lagu yang Umi minta.” Esok harinya, Kusodorkan selembar kertas itu saat Umi sedang memasak di dapur, sambil berdeham tentunya.
          “Terima kasih ya, Kak.” Umi sumringah menerima kertas itu. Umi menyabitkan senyumnya.
          Aku senang, bisa membuat Umi senang. Meski hanya karena sebuah lirik lagu. Tak ayal, setelah menerima kertas lirik tadi, Umi langsung bernyanyi. Bukan berdeham lagi.
Heart beats fast
Colors and promises
How to be brave
How can I love when I'm afraid to fall
But watching you stand alone
All of my doubt suddenly goes away somehow

One step closer

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid
I have loved you For a thousand years
I'll love you for a thousand more

Belakangan, aku tahu kalau kertas lirik yang aku berikan, Umi tempel di pintu almari pakaiannya. Sepertinya Umi tak ingin kertas itu hilang. Ya, biarlah. Yang penting Umi menyukainya.

***

“Kak, bisa download film Breaking Down Part II ndak? Di kaset ini ndak ada.”
Datang satu permintaan lagi. Hah, permintaan ini ada sangkut-pautnya dengan lagu A thousand Year. Berkat lagu itu, Umi jadi suka juga melihat film Twilight. Kaset film bajakan harga 6 ribu di pasar pun dibelinya. Twilight, New Moon, Eclipse, Breaking Dawn Part I. Empat film sekuel Twilight ada dalam kaset itu. Kurang satu film, sekuel terakhir, Breaking Dawn Pat II. Pantas saja Umi meminta ku untuk mendownloadnya.
“Ya pantaslah, Mi belum ada. Breaking Dawn Part II kan masih baru. Di internet juga pasti belum ada. Belum bisa didownload.” Kataku menjelaskan.
“Hmm, begitu ya. Yauda nanti kalau sudah ada kakak download ya?”
“Aku ndak pernah download film, Mi. Gak tahu caranya. Film yang ada di laptop itu aku dapat dari minta teman di pondok.”
“Yaudah, nanti kalau teman kakak ada yang punya film itu minta ya?” Umi masih ngotot saja
“Iya deh, Mi. Nanti aku minta. InsyaAllah.” Jawabku pasrah.

***

Sore, 12 Februari 2013
“Panggilan kepada Ananda Izzuddin Ibrahim dan Ihsanul Fahmi, diharap untuk ke kantor segera. Ada keluarga yang menjemput.”
Speaker pondok sore itu menyebut namaku dan Adikku. Ya, kita belajar di pondok yang sama. Aku kemasi beberapa barang dalam lemariku. Lalu menjemput Adik di kamar yang lain. Aku sudah tahu, jika ada keluargaku yang menjemput, pasti akan diajak ke Rumah Sakit Islam Yakis Kudus. Berkali-kali aku pulang pergi dari pondok ke Rumah Sakit. Sudah beberapa bulan Umi opname di sana. Kanker ovarium stadium 4  menggerogoti tubuhnya. Ya Allah.. Sembuhkanlah Umi.
Sampai di Rumah Sakit, kami bergegas ke kamar Umar bin Khattab, kamar tempat Umi dirawat. Di depan kamar, sudah berkumpul banyak handai taulan.
“Ibrahim, Fahmi, cepat masuk ke kamar. Temui Umimu.” Pinta Budhe Yun, kakak dari bapakku.
“Assalamu’alaikum” Kubuka pintu kamar.
Deg. Jantung terasa berhenti sepersekian detik. Serasa ada angin berhembus, mendirikan bulu kuduk. Nafas panjang aku ambil. Mata ini sudah sembab. Tak kuat lagi melihat keadaan Umi. Perutnya buncit. Dagingnya entah kemana, tulang belulang tercetak jelas. Kepala botak, rambutnya rontok, efek dari kemoterapi yang Umi jalani demi kesembuhannya. Aku lihat Om Slamet, adik Umi, membacakan Surah Yasin disamping kanan Umi. Abi, bapakku, begitu aku memanggil beliau, memegang tangan Umi, sambil mendekatkan wajahnya ke telingga kiri Umi, mengejakan dua kalimat syahadat, untuk terakhir kalinya. Om, Tante, Kakek, Aku, Adik-adikku mengelilinggi ranjang Umi. Tak berapa lama, Umi mengejang, badannya naik turun, mengerang panjang, hingga Umi berhenti dari sakaratul mautnya, menghembuskan nafas terakhirnya. Inna Llillahi Wa Inna Ilaihi Roji’uun..

***

Malam, 12 Februari 2014
“Kak, tolong pakaian yang sudah Ibu lipat masukin ke almari.” Pinta ibu tiriku
“Iya, bu.” Kulepas earphone, meninggalkannya tetap menyala, meninggal flashdisk yang dari tadi kupegang, beranjak dari tempat tidurku.
Ya, sekarang aku punya Ibu tiri. Melihat Abi kepayahan mengurus lima orang anak seorang diri, aku setuju saja saat Abi ingin menikah lagi. Aku memanggil penerus Umi ini, Ibu. Aku bilang  sebagai penerus, karena sosok Umi tak bisa digantikan sampai kapanpun.
“Itu pakaian Abi masukan ke almari.” Perintah ibu.
“Iya, bu.” Jawabku patuh.
Aku ambil tumpukan pakaian Abi yang telah rapi itu. Membawanya ke kamar Abi, hendak memasukkannya ke almari yang ada di sana. Sampai di depan almari, tak segera kubuka pintu almari. Kukulum senyum melihat selembar kertas yang menempel di pintu almari. Almari Abi dan Umi memang menjadi satu. Sama seperti perasaan mereka berdua yang selalu menyatu. Ya meskipun Abi sekarang sudah menikah lagi, Aku yakin Abi tetap mencintai Umi, selamanya. Buktinya sudah satu tahun sepeninggal Umi, kertas lirik itu masih menempel saja. Teringat sebelum Abi menikah dengan Ibu tiriku, Adikku, Fahmi bertanya pada Abi “Apakah Abi masih mencintai Umi?” Abi menjawab “Abi cinta Umi selamanya”
Kubuka pintu almari, memasukkan pakaian, kembali lagi ke kamarku. Kuambil flashdisk yang ternyata jatuh ke lantai. Kupandangi flashdisk itu cukup lama, serasa punya kekuatan super hingga bisa melihat file film Breaking Dawn Part II yang ada di dalamnya. Ah, sayang Umi tak sempat melihat film itu. kuhempaskan kembali tubuh ini ke ranjang, hendak melanjutkan mp3 handphoneku  yang sempat terhenti. Kupasang earphone, kutekan tombol segitiga yang pucuknya di kanan itu. Cristina Perry kembali bernyanyi.
I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid
I have loved you For a thousand years
I'll love you for a thousand more

Istri Penenang Suami

thumbnail

Suatu malam, seorang Ayah berjalan gontai pulang ke rumah. Sepanjang hari, usahanya menjual bakso tidak mendatangkan banyak pembeli. Diketuknya pintu rumah. “Assalamualaikum” Sapa suami.
“Waalaikumussalam, bagaimana, yah? Hari ini bawa apa?” Sambut sang istri.
“Haahh, gak ada bun. Seharian jualan sepi pembeli.”
“Loh, Ayah ini bagaimana toh? Seharian kerja masak tidak mendapat apa-apa. Tagihan listrik belum dibayar loh, yah, SPP anak-anak juga masih nunggak. Yaudah malam ini tidur di depan pintu! Jangan masuk!

Bayangkan! Jika Anda sebagai suami, punya istri seperti itu. Apa yang Anda rasakan? Kesal, marah, pasti. Seharian sudah bermandikan peluh, banting tulang demi anak istri. Sampai di rumah? Ditendang begitu saja. Sakitnya tuh di sini! Jika di kemudian hari, Sang Suami pulang tanpa hasil lagi, yang ia pikirkan mungkin seperti ini “ Ah, untuk apa pulang, nanti juga diusir lagi. Mending tak pulang sekalian!”
Wahai para istri, simaklah baik-baik hadits di bawah ini :

Tidaklah seorang wanita menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya dari kalangan bidadari berkata : ‘Jangan sakiti dia ! Celakalah kamu, karena sesungguhnya dia hanya singgah di sisimu. Sebentar lagi dia akan meninggalkanmu ke tempat kami.” ( Jami’ at-Tirmidzi, 1174)
Wahai para istri, masih adakah Anda yang seperti itu? Di manakah kalian dari firman Allah SWT :
وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (الروم : 21)
 Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Q.S. Ar-Rum : 21)

Bukankah dengan  jelas Allah menjelaskan melalui ayat ini, salah satu tugas istri terhadap suami adalah membuat suami tentram, membuat hati suami tenang,. "لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا" Lihatlah. Kata yang dipakai dalam ayat tersebut. Kata "سكن" dalam bahasa Arab berarti berhenti bergerak. Bila hati suami bergerak-gerak tak karuan, digoncang dengan berbagai permasalahan hidup, siapa yang mendiamkan hatinya, istri. Ya, istrinya! istri penenang suami!

Beda situasinya jika saat itu Sang Istri berkata “Yaudah, yah. Mungkin rezekinya besok, bukan hari ini. Masuk dulu yuk, yah. Bunda sudah masak air untuk ayah mandi. Ayah pasti capek” Wah, siapa yang tidak senang punya istri seperti itu. Ini nih, yang membuat suami makin sayang!

Suami jadi merasa betah di rumah. Rumah adalah tempat berlabuh bagi suami, bila banyak masalah di luar sana, suami jadi ingin cepat-cepat pulang, ingin segera bertemu istrinya, sang penenang hati. Istri adalah obat dari semua kegalauan!

Suami istri harus melaksanakan tugasnya masing-masing dengan baik agar bahtera rumah tangga tidak dipenuhi dengan pertengkaran. Anda semua pasti juga sepakat, bila pertengkaran suami istri akan berdampak juga terhadap perkembangan anak. Anak tidak akan merasakan ketentraman di dalam rumah, ia akan hidup dalam ketegangan dan ketakutan. Tak menutup kemungkinan, sikap cepat marah orang tua akan turun kepada anak. Ingatlah, anak adalah peniru yang ulung.

Oleh Karena itu, hadapilah setiap permasalahan keluarga dengan bijak. Wahai istri, tenangkanlah suami Anda. Jangan sampai salah sikap, bila tak mau keturunan anda mewarisi hal yang tidak pantas.

Label

Cerpen (1) it's me (10) Prosa (2) Special (13) Theory of me (6) Think again (8)
Powered By Blogger